Laman

Sunday, September 4, 2011

Charles Kimball, "When Religion Becomes Evil: Five Warning Signs"


Agama, hari-hari ini, adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar dan cemas. Agama-di tangan para pemeluknTautanya-belakangan ini sering tampil dengan wajah kekerasannya, dan, bersamaan dengan itu, seolah-olah telah kehilangan wajah ramahnya. Dalam beberapa tahun, kita saksikan:
* Teror 11 September di Amerika yang menewaskan ribuan manusia yang tak tahu apa-apa.
* Bom Bali yang menewaskan ratusan nyawa.
* Rangkaian bom bunuh diri di Israel yang juga tak jarang menewaskan warga sipil biasa.
* Teror gas beracun Aum Shinrikyo pimpinan Asahara Shoko di Jepang (1990-an).
* Kekerasan rezim Taliban di Afganistan terhadap warganya sendiri demi apa yang meraka pandang sebagai ketaatan terhadap syariat Islam sebagai hukum negara.
* Kekerasan kelompok ekstremis Yahudi Israel pimpinan Rabi Mei Kahane atas warga Arab Palestina.
* Bunuh diri massal pada Peoples Temple pimpinan Jim Jones di Guyana (1970-an) dan pada gerakan David Koresh di Texas (1990-an)
Orang pun bertanya-tanya: ada apa dengan agama? Adakah agama memang mengandung unsur-unsur yang melegitimasi kekerasan, bahkan teror? Apakah agama berperan sebagai sumber problem atau sumber solusi? Bagaimana mengenali terjadinya pembusukan di tubuh agama? Apa yang (masih) tersisa dari agama?
Problem-problem kompleks itu-terutama akar-akar kekerasan religius-dicoba ditelusuri dan dipetakan oleh Charles Kimball, pakar sejarah dan perbandingan agama (Yahudi-Kristen-Islam). Dengan peta analisis ini, pengarang berhasil menjelaskan berbagai fenomena kekerasan religius dewasa ini.
Sebagai jalan keluarnya, Kimball mengimbau kita agar kembali ke agama autentik, yakni, modus keberagamaan yang tidak sekedar bersetia dengan doktrin skriptural yang statis, tetapi sebuah iman yang hidup dan menghidupi kemanusiaan universal.
Lepas dari pro-kontra terhadapnya, buku ini dapat menjadi bahan diskusi dan refleksi yang kaya bagi para penganut, pengamat, dan pengkaji agama.
Charles Kimball adalah Guru Besar Studi Agama dan ketua Departemen Agama di Universitas Wake Forest. Dia adalah seorang doktor lulusan Universitas Harvard dalam bidang Perbandingan Agama dengan spesialisasi di bidang Studi-Studi Islam.

Charles Kimball laksana membunyikan 'lonceng kebakaran di malam hari'. Jika dunia ingin diselamatkan, kita harus memulainya dengan membersihkan unsur-unsur kebencian yang ada di dalam agama." Arthur Hertzberg Guru Besar Humanities, Universitas New York
Download: